Added from : mbah google..:D |
Assalamualaikum wr.wb.
Berjumpa lagi dengan saya, semoga kebaikan senantiasa melingkupi aktivitas kita sehari-hari. Pada kesempatan kali ini saya ingin menuliskan sesuatu yang berbeda dari tulisan sebelumnya. Berawal dari buku catatan pengajian yang pernah saya ikuti, sepertinya sayang sekali kalau hanya menjadi konsumsi rayap saja, makanya saya mencoba untuk menuliskannya dalam blog ini dengan gaya dan bahasa saya. Akan tetapi saya mengingatkan pada diri saya sendiri dan para pembaca, bahwa menurut Ali bin Abi Thalib r.a, fitnah di zaman ini adalah ketika oarang mempelajari ilmu agama bukan untuk diamalkan, tetapi untuk disampaikan pada orang lain. Oleh karena itu, disamping saya sampaikan lewat tulisan ini, mari kita berusaha untuk mengamalkan juga.
Dalam kehidupan beragama kita, kadangkala iman itu berada diatas, kadang juga berada di bawah bukan? Ketika berada diatas, kita akan merasakan ekstase kedekatan dengan Allah dalam bentuk kekhusyukan dan ketenangan jiwa, sebaliknya jika iman sedang dibawah, maka menjalankan amal terasa berat, malas beribadah dan jiwa menjadi tidak tenang. Oleh karena itu saya akan sampaikan “Sebab-sebab hilangnya kedekatan dengan Allah” dengan harapan kita dapat mengidentifikasi modus-modusnya untuk menghindarinya serta senantiasa mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Berikut ini adalah tujuh sebab itu.
1. Terbiasa dengan perbuatan maksiat
Ada sebuah permisalan bahwa hati itu seperti kaca, apabila ia berdebu maka sebaiknya kita segera membersihkannya, apabila debu itu lama tidak dibersihkan maka akan menjadi kerak dan jamur yang sulit untuk dibersihkan. Debu itu sendiri layaknya maksiyat dan dosa yang senantiasa dilakukan, kalau tidak segera dibersihkan dan bertaubat maka dosa akan mengotori hati yang menyebabkan hatinya keruh, tidak dapat menerima masukan dan memandang dengan baik. Manusia itu memang bukan malaikat, kita senantiasa berdosa dan bermaksiyat seperti yang difirmankan Allah di Surat Al-Qiyaamah (5) : “Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus” . Hal itulah yang menyebabkan kita jauh dengan Allah, dan boleh jadi itu pula yang menjauhkan rezeki dan menunda doa-doa kita..
2. Merasa betah dengan hal yang mubah
Perbuatan yang mubah memang boleh saja dilakukan dalam batasan tertentu. Akan tetapi apabila kita menjadi telalu nyaman dengan hal mubah, bahkan menghalangi kita untuk melakukan amalan sunnah, bahkan wajib maka boleh jadi hukum mubah bisa menjadi haram. Bisa saja lho, tetapi saya tidak mau berpolemik dengan hal ini, belum punya ilmunya. Termasuk contoh-contoh dan batasan sesuatu bisa dikatakan mubah saya pikir banyak sumber lain yang dapat menjelaskannya. Intinya memang, setiap waktu seharusnya kita bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk ibadah dan kegiatan produktif lainnya.
3. Sedikit bersyukur pada Allah SWT
Puncak kenikmatan kata ustadz saya, adalah ketika kita mensyukuri nikmat yang Allah berikan, seperti firman Allah di Surat Ibrahim (7) : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Kemudian masih ingatkah teman, dalam sebuah fragmen kehidupan Rasulullah dengan istrinya yang mengeluhkan kenapa Rasulullah melakukan shalat malam sampai kakinya bengkak, padahal Rasulullah telah mendapatkan jaminan syurga? Rasulullah-pun menjawab bahwa itu adalah perwujudan rasa syukurnya pada Allah. Ah,,saya tidak hafal redaksi hadist-nya, begitulah kira-kira. Jadi memang jelas, bahwa ibadah itu merupakan salah satu perwujudan rasa syukur pada Allah yang memberikan kita banyak hal, banyak sekali hal. Subhanallah..
4. Lalai untuk berbuat kebaikan
Banyak ya, sebagian dari kita, bahkan saya sendiri lalai bahwa hidup kita di dunia itu tidak abadi sehingga urusan dunia itu melalaikan. Ibaratnya kita memiliki cita-cita akan menjadi seorang dokter, maka sedari awal segala daya kita kerahkan untuk mewujudkan hal tersebut, semuanya kita persiapkan untuk mencapainya. Sama halnya ketika tujuan akhir kita adalah akhirat, maka seharusnya, semua kebutuhan untuk akhirat itu kita penuhi mulai dari saat ini, apalagi kita belum tahu kapan akan menujunya. Maka kita sering lalai untuk mempersiapkannya, atau pura-pura lupa dan tidak butuh terhadap amalan untuk mencapai akhirat itu. Padahal kita jelas-jelas membutuhkannya, betul tidak?? Maka dari sekarang, ayo kita siapkan amalan-amalan terbaik kita, amalan harian kita untuk mempersiapkan itu.
5. Lemahnya gambaran terhadap pahala
Kalau ini menurut saya karena kurang pahamnya kita tentang agama kita sendiri, tentang kitab suci kita sendiri. Sudah banyak ayat dan hadits yang menyampaikan keutamaan sebuah amalan. Misalnya sholat qobliyah shubuh, yang saya-pun sering telat shalat shubuh (ngaku..T.T) yang lebih mulia daripada dunia dan seisinya. Bayangkan! Bayangkan, hanya sholat qobliyah shubuh saja, itu sudah melebihi hasil kerja yang kita dapat saban harinya. Memangnya gaji kita berapa? Atau pahala shadaqah, dalam Surat Al-Baqarah (261) : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dan tentunya banyak lainnya bukan, saya tidak tahu seperti apa, misalnya keutamaan shalat shubuh berjamaah itu seperti shalat sepanjang malam, dan sebagainya. Mohon teman-teman dapat menambahkannya, agar saling menambah ilmu..:D
6. Melupakan kematian
Added from google |
Pastinya setiap orang tahu, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati, akan tetapi kita sering berada dalam kondisi melupakan kematian karena sibuk dengan urusan-urusan dan impian kita. Kalau kita ingat mati maka yang muncul adalah rasa takut apabila kita dicabut nyawanya dalam keadaan bermaksiat, hal itu akan membuat kita terus berada dalam trek yang benar dan selalu taat pada perintah Allah, dan saya yakin apabila diterapkan dengan benar maka tidak akan bertentanagan dengan impian atau cita-cita kita, karena dengan selalu mengingat mati, maka kita akan meraih impian itu dengan cara yang baik. Ngantuk ya baca tulisan saya, kalau mau tidur jangan lupa berdoa sebelum tidur, kalau diapahami artinya maka itu adalah bagian dari mengingat kematia. “Dengan nama-Mu ya Allah, aku mati dan hidup”.(HR. Bukhari dan Muslim 4/2083).
7. Menunda-nunda
Seperti dalam firmanNya dalam Surah Al Mu’minuun (61) : “..mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”. Kata “mereka” merupakan orang-orang yang tertulis didalam arti dalam ayat-ayat sebelumnya, kalau pengen tahu sekalian dibuka Al-Qur’an-nya ya. Kalau tentang menunda-nunda saya yakin banyak kita temukan disekitar kita, bahkan kita sendiri. Mulai sekarang ayo kita menghargai waktu, karena kita tidak selamanya berada didunia maka setiap waktu kita pergunakan sebaik-baiknya untuk dunia dan akhirat kita. Pokoknya kalau ada potensi kebaikan dalam suatu kesempatan, usahakan kita ambil, karena kesempatan berbuat baik itu tidak akan muncul untuk kedua kalinya, akan muncul lagi mungkin, tapi tetap tidak akan sama.
Begitulah sedikit ilmu yang bisa saya sampaikan, ini sebenarnya lebih pada refleksi pada pribadi kalau saya baca kembali, karena hal diatas masih akrab dengan keseharian saya. Semoga kita bisa menjadi orang yang beruntung, yang senantiasa menjadi lebih baik di setiap berjalannya waktu.
Walaikumsalam wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar