...Dan mereka (istri-istrimu)
telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat...(An-Nisaa :21)
Sebuah Pengantar
Beberapa tulisan dengan judul
utama Episode Hijau-Biru memang ditulis khusus dalam rangka perayaan cinta.
Edisi tersebut sengaja menceritakan tentang segala pernik pernikahan yang kami,
atau saya alami. Sebagiannya istri juga menulis. Harapannya melalui tulisan
ini, untuk kami pribadi bisa menjadi pengingat akan prasasti cinta yang kami
bangun. Adapun bagi pembaca silakan
kalau ada nilai yang dapat diambil, bisa juga memberikan feedback berupa
koreksi apabila ada yang berlebihan atau kurang berkenan. Dan mohon maaf
apabila ada pihak yang “terprovokasi” dengan tulisan kami.hehe..
Kenapa saya namakan Episode
Hijau-Biru. Saya katakan, kami merupakan pribadi yang berbeda yang Allah
pertemukan memalui ikatan suci ini. Dalam prosesnya, kami sedang belajar untuk
memahami satu sama lain. Hijau dan Biru adalah warna kesukaan. Hijau adalah
warna kesukaan istri, sedangkan biru adalah warna kesukaan saya. Dalam warnapun
kami berbeda, karenanya dalam beda kami masih belajar mengeja.
Pada Intinya
Setelah melewati proses yang tidak
terlalu panjang (akan saya ceritakan pada posting lain). Alhamdulillah waktu
yang telah ditunggu-tunggupun tiba. Hari itu, Jumat 18 Januari 2013 adalah hari
yang bersejarah bagi saya, kami. Pada hari itu saya melangsungkan akad nikah..
Sebuah episode yang pemain utamanya adalah kami,, ya hari itu adalah milik
kami, yang lain silakan menonton saja..hehe.(nggelar tiker)
detik-detik menegangkan..:D |
Ketegangan memang sudah terasa
mulai H-1 prosesi akad nikah, ngapalin bacaan ijab-qabul dan bacaan lainnya. Pagi
hari itu, Jumat 18 Januari 2013 saya sekeluarga berangkat ke Tegal. Ketegangan makin
terasa ketika sudah sampai di Tegal dan transit untuk persiapan prosesi
akad,,wooww sensasinya... Singkat cerita saya sudah sampai di tempat akad nikah,
begitu melihatmu istriku,,seperti melihat orang lain, pakai make-up soalnya dan
tidak memakai kacamata.
Saat didudukkan di depan penghulu
dan mertua, saya diberikan pengarahan oleh penghulu. Saat itu saya merasa
seperti pusat rotasi, pusat revolusi dari semua mahluk di alam semesta,
bagaimana tidak, di musholla itu semua menyaksikan, yang di dalam musholla serta tidak ketinggalan juga anak-anak
mengintip dari jendela..Tidak kalah juga gejolak pikiran pada waktu itu,
menerima amanah yang berat dalam sebuah perjanjian agung, mitsaqan ghaliza..
...Dan mereka (istri-istrimu)
telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat...(An-Nisaa :21)
Begitu saya ucapkan : “Saya terima nikahnya Desi Wulandari Setiani
binti Susinggih,,untuk saya sendiri, dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai.”
Degh,,mulai detik itu pula saya adalah seorang
suami, seorang pemimpin, seorang imam bagi istri saya, dan semua tanggungjawab
ayahnya mulai detik itu pula menjadi tanggung jawab saya. Dalam hati berdoa :
Yaa Allah, berikanlah keberkahan dalam pernikahan kami, selamanya,,berikan
kekuatan agar saya mampu mendidik istri dan memimpin keluarga..Aamiin..
Sebuah Deklarasi
Alhamdulillah, sebuah proses
telah kami lalui, tidak terlalu panjang memang,,karena dari awal sudah kami
sepakati untuk membuat semua prosesnya menjadi mudah, tidak mempersulit diri dan memang tidak ada hal
yang kami rasa berat sampai pada hari H. Betul
kan nduk??..Prosesi itu adalah awal dalam membangun rumah tangga yang islami
dan penuh rahmat..
Lalu dimana letak deklarasinya??
Deklarasi Cinta menurut saya adalah kalimat diatas, ketika seorang laki-laki
mengambil tanggungjawab seorang putri dari ayahnya, dengan cara yang baik,
dalam ikatan yang suci,,dalam perjanjian yang agung.. yaitu pernikahan..
sementara ucapan cinta dari masing-masing kami adalah perayaan atas deklarasi
cinta itu sendiri. Dan seperti yang kamu bilang nduk,,faktanya memang kita
tidak bisa memaksa orang untuk mencintai, tetapi kitalah yang harus memohon
cinta pada Sang Maha Cinta.. Padamu saya katakan, ajari aku mencintai..
Setiap kalimat ''aku mencintaimu'' yang terucap adalah caraku untk menanamkan Cinta Alloh kpd Kita.. Bukankah Ia Sang Pemilik Cinta?? Yuk, Lebih cintai Alloh sblm kita saling mencinta...
BalasHapus