Rabu, 08 Februari 2012

Mendobrak “Kebungsuan” Berpikir

sumber : blog.smilebebe.com
Tak peduli seberapa tua anak bungsu,,tetap saja akan dianggap "anak terkecil". 
Ungkapan itulah yang pernah saya temukan di salah satu alamat web, hmm,, ada benarnya juga. Itulah yang membuat saya tertarik untuk menulis tentang tema ini. 

Apakah anda merupakan anak bungsu dalam keluarga? Kalau iya, kira2 apa yang anda rasakan? Atau kalau anda bukan anak bungsu, apakah anda tahu, kira2 apa yang mereka rasakan? Begitulah, dalam sebuah keluarga yang memiliki lebih dari satu anak, pasti akan ada anak bungsu diantaranya. Dalam pandangan umum si bungsu merupakan “anak mami” yang selalu dimanja dan mungkin saja banyak diarahkan oleh orang tua maupun kakaknya. Akhirnya akan terbentuk sebuah konsep berpikir “kebungsuan” yang mengendap dalam sikapnya selama bertahun-tahun. Setidaknya terdapat beberapa konsep berpikir yang kurang bagus yang bisa saja ditemukan dalam pemikiran anak bungsu.

1. Tidak berani
hal ini disebabkan karena si bungsu berada dalam lingkungan yang nyaman, minim perjuangan, berada dalam kondisi terjaga oleh orang tua, kakak maupun kehidupan yang biasanya relatif lebih mapan. Hal ini menjadikan si bungsu kurang tahan banting, sehingga ketika pada awal fase perjuangan sendirinya, si bungsu cenderung untuk pelan dan berhati-hati, yang bisa saja hal itu lebih mirip dengan perilaku tidak berani.

2. Kurang bertanggungjawab
Terlalu ekstrim mungkin kalau saya katakan seperti itu, tetapi memang secara tidak langsung si bungsu yang sedari kecil tidak pernah atau jarang diberi kepercayaan yang besar akan kurang bertanggungjawab. Apalagi apabila dia dikelilingi oleh kakak atau orang tua yang sangat menjaganya. Tanggungjawab yang seharusnya dia pikul akan diambil oleh orang lain yang secara umur dan pengalaman lebih mampu. Hal ini menjadikan si bungsu terlihat sebagai individu yang lemah dan membutuhkan bantuan.

3. Tidak bisa mengambil keputusan,
Hal ini disebabkan karena si bungsu senantiasa diarahkan dan didikte dalam mengambil keputusan dalam hidup. Hal tersebut akan berlangsung lama sampai tibanya suatu masa si bungsu akan mengambil keputusan sendiri. Saat-saat itulah si bungsu akan mengalami kesulitan dalam memutuskan hal yang besar untu dirinya karena dia tak pernah belajar dari kecil.

Siapa sebenarnya si bungsu?
Menurut saya konsep berpikir si bungsu tidak hanya ditemukan pada anak yang secara nyata merupakan anak bungsu, konsep berpikir tersebut bisa saja muncul ketika anda berpikir seperti yang saya ceritakan diatas. Misalnya ketika anda memiliki konsep berpikir yang kurang berani mengambil resiko, berlindung dibalik nama besar orang lain, kemudian kurang bertanggungjawab, sikap menunggu perintah dan kurang inisiatif dalam mengambil keputusan maka dengan sendirinya sesungguhnya andalah si bungsu yang saya maksudkan.
Sebutan si bungsu secara khusus memang merupakan anak yang terakhir atau paling kecil dalam sebuah keluarga, namun kita dapat memperluas makna tersebut. Si bungsu menurut saya bisa saja dia adalah orang yang paling muda dalam lingkungan hidup maupun pekerjaannya, orang yang paling baru memasuki suatu lingkungan sosial, bahkan si bungsu bisa juga diartikan sebagai manusia akhir zaman. Inti dari semua itu adalah bahwa si bungsu merupakan orang datang pada waktu akhir dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Tahukah anda dibalik kekurangan yang saya paparkan diawal tadi ternyata banyak juga lho kelebihan yang bisa diambil contoh. Potensi ini bisa dimatangkan oleh si bungsu karena kondisi yang mendukung untuk itu. Inilah yang saya sebut sebagai pendobrak dalam kebungsuan berpikir. Diantara potensi yang dimiliki antara lain adalah :

1. Pembaharu
Seorang yang datang belakangan memiliki potensi pembaharu. Ibaratnya ketika si bungsu hadir dalam lingkungan sosial tertentu, maka dia akan menganilis dan melihat dari luar kotak yang bersih dari kepentingan. Dari sinilah si bungsu yang baik akan menemukan sesuatu yang akan diperbaiki, dengan cara yang sudah dia pikirkan.

2. Pengusung ide-ide besar
Si bungsu sebagai sosok yang hadir belakangan seolah datang dari dunia yang berbeda dengan membawa serta idealisme dan pengetahuannya. Si bungsu ketika diberi kesempatan maka dia akan berbicara dan mencetuskan ide-ide besar hasil belajarnya ditempat yang lama. Ide-ide baru sangatlah dibutuhkan, seringkali ide besar akan merubah tatanan sosial yang lama dan terlihat kekurangannya.

3. Peniru ulung
Peniru tidak selamanya negatif lho, karena ia datang terakhir maka sudah banyak metode yang ia tahu dan kuasai. Si bungsu yang cerdas akan mengadopsinya dengan baik disertai dengan modifikasi tertentu untuk menemukan formulasi yang paling baik dalam pemecahan masalah.

4. Kuat dan dinamis
Tentu saja sebutan ini sangat cocok untuk mereka yang muda dan modern. Orang yang datang belakangan masih mempunyai banyak tenaga untuk melakukan banyak hal. Dia juga dinamis karena modernitas menginginkan semuanya bergerak secara cepat dan dinamis, paradigma berfikir baru lebih condong pada aspek praktis dan measurable daripada konsep value yang kurang bisa dihitung.

Nah berdasarkan paparan saya tadi, kira-kira dimana posisi anda, dan tentunya juga saya (sebagai anak bungsu) apakah ia si bungsu yang punya kebungsuan beripikir, ataukah bukan anak bungsu yang terjebak dalam kebungsuan berpikir?? Jawab sendiri.:D

2 komentar:

  1. PERTAMAX! :)

    Sy anak sulung, berarti sy tidak termasuk kriteria-kriteria yang kurang positif tersebut. Hehehehe.

    Oia, fitur berkomentar dengan Name dan URL mbok diaktifin. Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke,,makasih rio masukannya, saya masih newbie ni ngeblognya, nanti saya coba..

      Hapus