Jumat, 10 Agustus 2012

Bang Haji dan Kesadaran Politik Kepemimpinan Kita

Assalamualaikum wrwb.
        Alhamdulillah bisa muncul lagi, kali ini saya ingin sedikit bercerita dan beropini tentang permasalahan yang sedang kita jumpai di masyarakat sekarang ini. 
Add from Google

        Beberapa waktu yang lalu, legenda musik dangdut kita, siapa lagi bukan Rhoma Irama, santer terdengar di media mengenai isu politik yang berbau SARA. Dalam kesimpangsiuran pemberitaan tersebut, yang saya tangkap adalah, bahwa Bang Haji menyampaikan ayat tentang bahayanya memilih pemimpin non muslim di salah satu masjid. Pembelaan yang disampaikan bahwa, Bang Haji hanya menyampaikan ayat itu di masjid, dengan kapasitas sebagai mubaligh didalam kalangan yang terbatas (muslim). Saya sendiri dalam hal ini tidak akan menghakimi siapa yang benar ataupun salah, ditengah arus informasi yang begitu deras sepertinya kita harus semakin bijak membaca media dan menyikapi setiap persoalan dengan berpikir dewasa. Karena ada kesan bahwa, komoditas berita tersebut terus diberitakan untuk mendongkrak salah satu calon dan menjatuhkan calaon lainnya pada Pilgub DKI putaran II sebentar lagi. 

       Saya tidak mengetahui , kira-kira ayat mana yang disampaikan oleh Bang Haji, tetapi kemudian saya mencoba untuk mencarinya dalam Al-Qur’an tentang ayat yang berkaitan dengan pemilihan pemimpin dari kalangan non muslim. Diantara ayat yang saya temukan yaitu di Q.S Al-Maidah : 51 yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

         Pada ayat yang lain yaitu Q.S. Ali imran : 28, yang artinya : Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).

         Berdasarkan kedua ayat yang saya sampaikan diatas, ini adalah sebuah ujian keimanan untuk kita yang percaya pada Allah dan Kitab-Nya. Mengenai penafsiran dari ayat tersebut saya tidak punya kemampuan untuk menyampaikannya. Walaupun secara umum saya sepakat dengan ayat diatas. Tetapi dalam kehidupan demokrasi, dimana setiap orang bisa memimpin, tentunya akan sulit. Selama masih ada pilihan mungkin bisa kita terapkan, lalu sampai suatu saat sudah tidak ada lagi pilihan lagi. Lalu bagaimana bagi ummat muslim yang tinggal di negara-negara minoritas? Ah, saya tidak tahu..

      Terlepas dari itu semua, yang ingin saya garisbawahi dalam penyampaian Bang Haji adalah motivasi atau alasan beliau menyampaikan ayat-ayat yang katanya berbau SARA tersebut. Ya, sekedar analisis sederhana bahwa apa yang dialami umat islam sekarang ini adalah krisis kepemimpinan, dimana banyak orang-orang sholih hanya berada di masjid-masjid dan panggung-panggung berkamera. Jarang kita temui bekas-bekas sujudnya di kantor-kantor, di gedung-gedung dewan, walaupun bisa kita jumpai sosoknya. Contoh lain misalnya tentang terbongkarnya korupsi pengadaan Al-Qur’an, mereka muslim, rajin sholat juga sepertinya tetapi juga korupsi. Mungkin saja Bang Haji merasakan hal itu.

        Dalam keterdesakan itulah, ketika opsi yang tersedia masih jauh dari harapan, mungkin beliau ingin menyampaikan pada ummat bahwa, kita membutuhkan banyak pemimpin yang sholih, tidak hanya dalam bentuk presiden, bupati dan anggota legislatif. Tetapi lebih kepada kepemimpinan sosial, dimana orang-orang baik itu bisa menjadi contoh dan panutan dalam lingkungan sekitarnya. Dalam kehidupan demokrasi yang kita jalani sekarang ini, memang sulit untuk membedakan antara yang hitam dengan yang putih, karena semuanya tampak abu-abu. Yang bisa kita lakukan adalah memasang mereka dalam sebuah color chart untuk dianalisis dengan cerdas mana yang lebih cerah warnanya. 

        Mengakhiri tulisan ini, saya mencoba mengajak pembaca dan mengingatkan diri saya sendiri, bahwa kita semua sepakat bahwa sekarang ini kita membutuhkan pemimpin yang amanah, yang adil dan profesional. Tetapi keterwujudan cita-cita tersebut tidak bisa terjadi dengan sendirinya, terciptanya sebuah kepemimpinan yang baik adalah kombinasi antara pemimpin yang baik dan masyarakat yang baik pula. Seperti yang disampaikan Ali bin Abi Thalib ketika seseorang membandingkan kepemimpinan dimasanya dengan di masa Rasulullah : “Pada masa Rasulullah ummatnya seperti saya (Ali) sedangkan dimasa saya, ummatnya adalah seperti kalian..” Marilah kita belajar menjadi baik, kemudian ajaklah orang lain menuju kebaikan dan kemudian kapasitas kepemimpinan kita akan terlihat ketika kita konsisten menjalankannya. Itulah kesadaran politik kepemimpinan kita.
Wassalamualaikum, wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar